Feeds:
Pos
Komentar

DSCF0727

Nahhh, akhirnya masa-masa Ayah berlibur datang juga. Selesai Ayah submit tugas akhir kuliah ke pihak kampus, sesegera itu juga kami merencanakan perjalanan ke Paris di akhir pekan. Kami mengambil jalur darat menggunakan bus, karena Arsyad selama di sini belum pernah naik bus. Itinerary dibikinnya dadakan banget. Tapi yang jelas, Arsyad jadi prioritas. Tujuan wisatanya yang bikin dia hepi dan enggak cranky.

Sooo.. this is the story of our journey to Paris with a toddler!

Lanjut Baca »

Mumpung cuaca cerah, kami bertiga memilih untuk menghabiskan sore dengan jalan-jalan sejenak ke kota Delft. Pilih ke Delft karena jaraknya yang dekat dari Leiden dibanding kota-kota lain. Sebetulnya masih lebih dekat Den Haag, tapi karena sudah pernah, jadi kami skip. Hoho.. Sama seperti Leiden, Delft juga merupakan kota pelajar karena ada kampus Delft University yang terkenal dengan perkembangan teknologinya.

delft

Lanjut Baca »

Welkom naar Leiden!

Kotanya cantik bingits..

Bunga mawar tumbuh dimana-mana.

Dan kanalnya bikin romantis tis tis..

Udah segitu dulu.

Nanti diapdet lagi kalau ada waktu..

Jetlag Vrowww!

Dulu saat mengurus passport untuk anak semata wayang, lumayan cukup memakan waktu untuk survei dan cari info sana-sini. Mungkin karena mengurusnya sendirian ya, jadi berasa banget proses birokrasinya. Biasanya kan tinggal duduk doank, sudah ada pak suami yang urus dari A sampai Z. Hmmm.. waktu bujang apa-apa diurus Bapak, begitu sudah menikah apa-apa diurus suami. Bagoooess!

Jadi kali ini mau berbagi pengalaman, barangkali bisa berguna buat Emak-emak lainnya yang mau go abroad juga. Bawa anak halan-halan ke negeri orang, aamiin.

Lanjut Baca »

Hampir lima tahun tidak membuka blog.
Dan rasanya sangat bersyukur, meski tidak lagi ada tulisan baru, statistik kunjungan masih sangat banyak. Sebuah angka yang fantastis tertera dalam statistik web selama beberapa tahun terakhir. Menulis memang betul-betul pekerjaan abadi.

Akhirnya kembali menulis setelah belakangan “sibuk” beradaptasi dengan status-status (baru) yang disandang. Kini saya bukan lagi seorang gadis yang penuh dengan mimpi-mimpi masa mudanya. Tapi telah bermetamorfosa menjadi seorang istri dan ibu satu anak yang sangat menikmati keseharian barunya. Mungkin masih ada karakter yang belum berubah, meski disadari atau tidak, tentu ada banyak hal yang telah dilalui yang turut mengubah cara pandang dan pola pikir saat ini.

Well, I’m happy to be back!
Semoga dengan kembali menulis bisa kembali berbagi ide, pemikiran, dan pendapat seperti sebelumnya. Jika berkenan, aktivitas selama vakum blogging bisa diintip di instagram @berbagi.ide.bermain, satu-satunya medsos yang masih aktif saat ini.

Dank u wel.
Dan selamat membaca (kembali) tulisan-tulisan di blog ini.

Judul : Sepatu Dahlan
Penulis : Khrisna Pabichara
Penerbit : Noura Books
Tanggal terbit : Mei – 2012
Harga : Rp 62.500

“Kemiskinan yang dijalani dengan cara yang tepat, akan mematangkan jiwa.” Pesan inilah yang ingin disampaikan oleh novel berjudul “Sepatu Dahlan” karangan Khrisna Pabichara. Novel setebal 392 halaman ini terinspirasi oleh kisah masa kecil Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang harus berjalan sekitar 6 kilometer setiap hari tanpa alas kaki!

Lanjut Baca »

Sebenernya sudah sejak beberapa bulan yang lalu pengen nulis soal fenomena love cyber ini. Tapi karena satu dan lain hal baru sempat menulis sekarang. Dan selama berbulan-bulan itulah didapatkan hasil observasi bahwa fenomena ini ternyata bukan cuma jadi perhatian saya seorang. Bukan pula cuma cewek yang tertarik, kalangan cowok pun ternyata menaruh perhatian!

Apa itu?

Lanjut Baca »

Beberapa hari yang lalu sebuah surat masuk ke inbox surel. Ternyata dari redaksi sebuah koran nasional yang bermarkas di kota Jakarta. Isinya tentang “tanggapan” atas kiriman tulisan resensi yang sempat dikirim ke koran tersebut. Sebelumnya, saya memang mengirim sebuah tulisan resensi ke koran tersebut. Namun setelah beberapa hari ditunggu dan resensi tidak kunjung dimuat, maka saya berinisiatif untuk merombak tulisan tersebut dan mengirimkannya kembali. Sayangnya, pasca dirombak ulang, resensi yang saya kirim pun tidak juga dimuat. Saya sempat penasaran apa sebab musabab tulisan itu tidak kunjung dimuat, karena bulan Agustus 2011 yang lalu saya hanya menunggu satu hari sampai kiriman resensi dimuat di koran tersebut. Hingga akhirnya di satu hari, rasa penasaran itu terjawab lewat kiriman surat elektronik sang redaktur koran. Lanjut Baca »

Rencana Lady Gaga, penyanyi kontroversial dari Negeri Paman Sam, mengadakan konser di Jakarta pada 3 Juni mendatang terus menjadi tema “seksi” yang dibahas di berbagai media massa. Pro-kontra terus saja bergulir, sampai-sampai masyarakat Indonesia seolah terbagi menjadi tiga kubu yang saling berlawanan dalam menanggapi kedatangan sang superstar. Lanjut Baca »

Seperempat Abad

 

 

Oleh : Nurfita Kusuma Dewi

 

Krisis kepercayaan yang melanda masyarakat terhadap kinerja aparat pemerintah yang tidak pro rakyat kian memprihatinkan. Berbagai pemberitaan media massa yang menyuguhkan keburukan dan kegagalan pemerintah hanya bisa ditanggapi rakyat dengan menggeleng-geleng kepala, kecewa, marah, sampai kemudian pasrah dengan kondisi yang ada. Hal ini diperparah dengan fabrikasi media yang seolah-olah menggambarkan bahwa seluruh sistem reformasi birokrasi di Indonesia adalah buruk dan runtuh. Blow up media massa tentang isu-isu politik tertentu dan komentar-komentar para “pakar” yang terus mengkritik kinerja birokrat menutup prestasi yang tengah dibangun oleh pemerintah. Lanjut Baca »